Rabu, 23-10-2024
  • Informasi PPDB : Ibu Susiyati - 081252705954 / Ibu Juwita K. - 085647222686

ARAH DAN STRATEGI PEMBELAJARAN MATERI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MADRASAH

Diterbitkan :

Oeh : Muh Iskandar, M.Pd. Gr.

(Guru SKI di MTs Al Islam Jamsaren Surakarta)

Materi yang berkenaan dengan sejarah pada umumnya sangat menarik untuk diperbincangkan, hal ini disebabkan materi sejarah berkaitan erat dengan pola perubahan dan perkembangan kehidupan manusia. Perubahan dan perkembangan ini disetiap aspeknya selalu terjadi begitu cepat sesuai kebutuhan zamannya.

Definisi sejarah yang selaras dengan ungkapan tersebut bisa kita tengok dari pendapat Ibnu Khaldun yang mendefinisikan sejarah sebagai catatan umat manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat manusia itu.

Secara sederhana sejarah diartikan sebagai segala peristiwa yang terjadi pada masa lampau atau peristiwa masa lalu yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Peristiwa ini bisa meliputi kompleksitas persoalan manusia yang selalu berkembang dan dinamis serta berdampak positif maupun negatif bagi kelangsungan kehidupan manusia pada umumnya.

Sejarah bermula dari bermulanya kehidupan. Awal sebuah kehidupan adalah awal sebuah perjalanan sejarah. Dimensi sejarah bersifat kronologis meliputi setting ruang dan waktu dimana segala peristiwa bermula dan berproses secara berkesinambungan sesuai alur yang semestinya.

Yang menjadi pertanyaannya adalah untuk apa sih kita harus mempelajari sejarah? Apa pentingnya buat kita sehingga kita harus mengingat-ingat kembali kejadian yang telah berlalu? Bukankah lebih baik segala yang telah terjadi biarlah berlalu tanpa perlu kita ingat lagi? Ini yang kadang menjadi paradigma yang salah bagi kita. Kerangka berfikir yang semacam ini menjadikan kita malas untuk mengingat sesuatu, bahkan cenderung tidak mampu untuk menganalisa berbagai ย persoalan. Kemampuan dan keinginan untuk mengingat suatu peristiwa sejarah menjadi dasar kerangka berfikir kita yang nantinya bisa kita kembangkan dan kita formulasasikan untuk mengadopsi pemikiran, menggali ide dan gasasan, merekonstruksi, merefleksikan dan menggali nilai hikmah dari peristiwa sejarah masa silam. Hal ini menjadi pilar utama dan dasar pijakan bagi kita dalam memahami betapa begitu urgent peristiwa sejarah di dalam dimensi kehidupan manusia dan alam sekitarnya.

Khusus dalam ranah pembahasan Materi Sejarah Kebudayaan Islam yang diajarkan di tingkat madrasah baik itu ditingkat Dasar, Tsanawiyah maupun tingkat Aliyah pada umumnya didefinisikan sebagai segala peristiwa atau kejadian yang memuat tentang perjalanan dakwah dan penyebaran ajaran Agama Islam serta umat-umat Islam terdahulu untuk dijadikan pedoman dan kemaslahatan kehidupan baik di dunia dan akhirat. Dengan ruang lingkup antara lain :

  1. Dakwah Nabi Muhammad SAW.
  2. Kepemimpinan umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW. wafat.
  3. Perkembangan Islam Periode Klasik atau zaman keemasan (650-1250 M).
  4. Perkembangan Islam abad Pertengahan atau zaman kemunduran (1250-1800 M).
  5. Perkembangan Islam pada abad modern atau zaman kebangkitan (1800-sekarang).
  6. Perkembangan Islam di Indonesia.

Dalam proses kegiatan pembelajaran materi Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah masih banyak ditemukan berbagai kendala yang dihadapi oleh para guru dan pendidik baik dari segi kurangnya minat para siswa terhadap materi kesejarahan, persoalan metode pengajaran oleh para guru yang masih terkesan monoton dan kurang bervariasi sehingga berdampak kejenuhan dan kejumudan bagi para peserta didik. Bentuk penyajian materi dan bahan pelajaran yang belum berbasis pengembangan multimedia dan digital. Serta kurangnya literasi kesejarahan yang inovatif dan kreatif.  Persoalan ini menjadi begitu serius, karena pada kenyataannya proses kegiatan belajar mengajar masih jauh dari arah dan tujuan yang diharapakan. Kurangnya literasi , belum tergalinya ide dan gagasan yang bermuara pada inovasi dan kreatifitas, belum teraplikasikannya secara maksimal apresiasi terhadap nilai-nilai budaya kebangsaan dan keislaman pada diri dan jiwa siswa.

Berbagai upaya dan strategi kebijakan diluncurkan dalam rangka memperbaiki mutu dan kualitas dari pendidikan dan pengajaran. Dari kurikulum pendidikan sebelumnya yaitu kurikulum 2013 dengan berorientasi pada penguasaan kompetensi dan literasi siswa kemudian diperkenalkan konsep pendidikan oleh Kemendikbudristek pada tahun 2020 dengan konsep Kurikulum Merdeka Belajar. Konsep ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada siswa dalam menentukan jalur belajarnya sendiri, sehingga siswa dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal.

Kurikulum Merdeka Belajar memiliki tiga pilar utama yaitu : Pembelajaran yang Adaptif, Kreatif, dan Inovatif, siswa diberikan kebebasan untuk memilih metode dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing. Pengembangan Kompetensi Kepribadian siswa didorong untuk mengembangkan kompetensi Kepribadian seperti empati, kemandirian, Percaya diri, dan Sikap Sosial yang positif. Pengembangan Karakter Bangsa yaitu siswa diberikan kesempatan untuk memahami dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar karakter bangsa.

Konsep dan arah strategi pendidikan dalam Kurikulum Merdeka Belajar diatas semestinya bisa kita selaraskan dengan arah tujuan dalam pembelajaran Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Yaitu meningkatkan pemahaman akan nilai-nilai kesejarahan Islam, mengadopsi pemikiran, menggali ide dan gasasan, merekonstruksi, merefleksikan dan menggali nilai hikmah dari peristiwa sejarah khususnya Sejarah Kebudayaan Islam. Yang pada  dasarnya tidak hanya sebatas penguasaan kompetensi dan literasi saja. Para siswa diarahkan untuk tergugah dan termotivasi dalam mengapresiasi nilai-nilai budaya bangsa maupun nilai-nilai budaya Islam.

Persoalan strategi tidak terlepas dari metode dalam pembelajaran ketika terjadi interaksi antara guru dan siswa. Berbagai metode pembelajaran Sejarah kebudayaan Islam yang dapat dijadikan rujukan dan dapat diterapkan oleh para guru dan pendidik selain Metode Ceramah diantaranya adalah :

  1. Metode Problem Based Learning (PBL)

Metode ini menempatkan siswa dalam situasi yang menuntut mereka untuk menyelesaikan masalah yang nyata dan relevan. Ini membantu siswa untuk mengembangkan kompetensi intelektual dan memahami materi dengan lebih baik.

  1. Metode Project Based Learning (PjBL)

Metode ini menempatkan siswa dalam proyek yang menuntut siswa untuk bekerja secara tim dan menggunakan keterampilan yang telah mereka pelajari untuk menyelesaikan sebuah proyek yang nyata. Ini membantu siswa untuk mengembangkan kompetensi sosial dan meningkatkan kemampuan kerja tim mereka.

  1. Metode Team Based Learning (TBL)

Metode ini menempatkan siswa dalam kelompok yang bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Ini membantu siswa untuk belajar dari satu sama lain dan mengembangkan kompetensi sosial mereka.

  1. Metode Inquiry Based Learning (IBL)

Metode ini menempatkan siswa dalam proses pencarian ilmu pengetahuan dengan cara mengejar jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Ini membantu siswa untuk mengembangkan kompetensi intelektual dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka.

  1. Metode Contextual Teaching and Learning (CTL)

Metode ini menempatkan siswa dalam situasi yang relevan dengan dunia nyata dan memungkinkan siswa untuk belajar melalui pengalaman yang nyata. Ini membantu siswa untuk mengembangkan kompetensi intelektual dan sosial mereka.

Metode-metode tersebut semestinya bisa dikembangkan aplikasinya oleh para guru dan pendidik secara variatif, inovatif dan kolaboratif dengan penggunaan dan penyajian materi berbasis pengembangan Multimedia. Selain itu, siswa juga diajak untuk mengamati langsung berbagai sumber primer sejarah yang menjadi dasar pembelajaran sejarah. Semisal jika ini di materi Sejarah Kebudayaan Islam kelas 9 tingkat Madrasah Tsanawiyah ada materi Penyebaran Islam oleh Walisongo, maka bisa dilakukan kegiatan semacam Outing Class dengan tujuan melihat dan mengamati langsung situs sejarah Perkembangan Dakwah Walisongo. Untuk nantinya didokumentasikan lewat pelaporan. Dari salah satu kegiatan ini setidaknya kita bisa ajarkan kepada para siswa dengan tidak hanya pemahaman kompetensi saja, tapi diharapkan bisa lebih meningkat menjadi bagaimana mengadopsi pemikiran para penyebar Agama Islam khususnya di Jawa yaitu Walisongo. Ini adalah sebagai bentuk praktik mengambil hikmah atau ibroh (nilai-nilai) kebaikan dari sebuah peristiwa sejarah.

Jika alternatif solusi ini bisa dan benar-benar kita  dilakukan, setidaknya akan bisa mengurai sedikit demi sedikit sekaligus nantinya bisa menyelesaikan berbagai persoalan dan kendala yang ada di dalam proses pembelajaran khususnya adalah Materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Dan tentunya dalam hal ini akan memudahkan dalam pencapaian arah dan tujuan terselenggaranya pembelajaran tersebut. Selanjutnya dapat memberikan dampak perubahan dan kontribusi kearah lebih baik dalam menyongsong dan mempersiapkan penerapan Kurikulum Merdeka Belajar dalam Pendidikan.

                                                                                                  Surakarta, 16 Agustus 2023

2 Komentar

Rara Intan M.F.
Rabu, 16 Agu 2023

๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘
Tentu juga tidak luput dari peran peserta didik itu sendiri dalam mengambil ibroh ketika mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam ini. Ada interaksi menarik dalam pembelajaran, meskipun mungkin nanti dalam perjalanan pendidikan kurikulum berganti-ganti. Tetap semangat ๐Ÿ’ช mengarahkan para generasi Islami untuk mencintai ajaran Islam dan tidak mudah tertipu daya dengan pembelokan-pembelokan sejarah yang ada. ๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿ™๐Ÿป

Balas
    Muh Iskandar
    Kamis, 17 Agu 2023

    Betul sekali Bu Rara.

    Balas

Beri Komentar

Balasan