Minggu, 13-07-2025
  • Informasi PPDB : Ibu Susiyati - 081252705954 / Ibu Juwita K. - 085647222686

Jangan Jadi Orang Tua Yang “GAPTEK”: Mari Memahami Bagaimana Dunia Anak-Anak Kita Sekarang!

Diterbitkan :

Zaman sekarang, anak yang diam di rumah belum tentu aman. Jangan biarkan ancaman masuk melalui genggaman tangan mereka!

Di rumah, anak-anak kita tampak tenang. Tidak keluyuran, tidak nongkrong di luar, bahkan tidak banyak bicara. Tapi tenang bukan berarti aman. Di era sekarang, HP di tangan anak bisa membuka pintu ke dunia yang tidak kita sangka-sangka.

Sebagai orang tua, kita tidak boleh merasa cukup hanya karena anak-anak “di rumah saja.” Justru sekaranglah waktunya orang tua bangun dan belajar, terutama soal teknologi yang digunakan anak setiap hari.

Dunia Anak Yang Telah Berubah

Banyak orang tua merasa tenang karena anaknya tidak pernah keluar malam, tidak keluyuran ke warnet, atau selalu tampak di rumah. Tapi zaman sudah berubah. Bahaya hari ini tidak selalu datang dari luar, melainkan masuk ke rumah lewat layar HP di tangan anak-anak kita.

Anak-anak usia SMP adalah generasi digital. Mereka lahir di tengah kemajuan teknologi, tumbuh dengan internet, dan akrab dengan media sosial. Mereka bisa dengan cepat memahami aplikasi baru, tahu cara menyembunyikan aktivitas mereka, bahkan mampu mengakses konten dewasa hanya dalam beberapa klik.

Sementara itu, secara emosi dan akhlak, mereka belum cukup matang untuk menghadapi godaan dunia maya. Inilah tantangan besar bagi orang tua hari ini: bukan hanya memberikan fasilitas, tapi mendampingi, mengarahkan, dan melindungi.

Realita Pendidikan Digital Anak SMP di Indonesia

Di balik ketenangan anak di rumah, banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak mereka telah menjelajahi dunia maya yang luas dan berisiko. Anak-anak zaman sekarang sudah bisa menonton konten dewasa tanpa meninggalkan jejak, menggunakan mode penyamaran atau aplikasi tersembunyi. Mereka bisa memiliki akun media sosial kedua—dikenal sebagai akun “alter”—yang digunakan untuk menyembunyikan identitas asli atau menjalin pergaulan yang tidak diketahui orang tua. Pacaran online, chat grup sampai tengah malam, hingga mengenal akses judi online pun bukan hal asing bagi sebagian anak usia SMP.

Semua ini bukan karena anak nakal, melainkan karena mereka hidup di era teknologi yang mereka kuasai lebih cepat dari orang tuanya. Maka, sebagai orang tua, kita tidak boleh tinggal diam. Jangan malu untuk belajar, jangan sungkan bertanya—entah kepada guru, tetangga, atau saudara yang lebih paham teknologi. Membekali diri dengan pengetahuan dasar tentang dunia digital adalah bentuk tanggung jawab kita sebagai orang tua. Anak-anak kita butuh pengasuhan yang relevan dengan zaman, dan itu dimulai dari keberanian kita untuk terus belajar dan ikut tumbuh bersama mereka.

Apa yang Perlu Orang Tua Kuasai? Ini Dasar-Dasarnya

Sebagai orang tua, kita tidak dituntut menjadi ahli teknologi. Tapi di zaman sekarang, setidaknya kita harus tahu hal-hal dasar yang penting untuk menjaga anak-anak kita tetap aman saat menggunakan HP. Jangan merasa minder hanya karena tidak terbiasa atau belum tahu. Semua bisa dipelajari secara perlahan. Berikut ini beberapa hal sederhana namun penting yang bisa mulai dipahami dan dipraktikkan.

Pertama, ketahui aplikasi apa saja yang ada di HP anak. Jangan hanya lihat ikon atau namanya saja, tapi pahami juga fungsinya. Misalnya, TikTok, YouTube, Instagram, WhatsApp, Telegram, Mobile Legends, dan sejenisnya—apa saja yang dilakukan anak di dalam aplikasi itu? Apakah ada fitur chatting rahasia? Apakah bisa live streaming? Apakah mereka bisa berinteraksi dengan orang asing? Ini penting diketahui karena dari sinilah banyak kasus anak terjerumus tanpa diketahui orang tuanya.

Kedua, pelajari cara mengecek riwayat pencarian anak, baik di Google maupun YouTube. Ini bisa menunjukkan apa saja yang biasa mereka cari atau tonton. Ada juga fitur bernama “recent apps”, yaitu daftar aplikasi yang terakhir kali dibuka—ini bisa memberi gambaran aktivitas anak dalam beberapa jam terakhir. Tapi perlu diketahui, anak-anak juga bisa menghapus jejak pencarian atau menggunakan mode penyamaran (incognito) agar tidak ketahuan. Maka, kita juga perlu tahu tentang fitur-fitur itu.

Ketiga, kenali istilah-istilah dunia maya yang sering digunakan anak zaman sekarang. Misalnya:

  • Akun alter: akun kedua yang disembunyikan dari orang tua, sering dipakai untuk pacaran online atau identitas palsu.
  • DM (Direct Message): pesan pribadi di media sosial, sering jadi tempat interaksi tanpa pengawasan.
  • VPN: alat untuk membuka situs yang diblokir, termasuk situs-situs terlarang.
  • Link domino: sering dipakai sebagai pintu masuk ke dunia judi online.

Kalau terdengar asing, jangan panik. Cukup tahu dan pahami dasarnya, agar kita tidak tertipu oleh kesan “anak saya baik-baik saja.”

Keempat, pelajari cara mengatur waktu penggunaan HP. Di HP Android, fitur ini disebut “Digital Wellbeing”, sedangkan di iPhone disebut “Screen Time.” Lewat fitur ini, kita bisa mengatur berapa lama anak boleh pakai aplikasi tertentu dalam sehari, bahkan bisa otomatis terkunci saat jam tidur malam tiba. Kalau tidak tahu cara mengaturnya, jangan malu bertanya. Bisa tanya ke guru, ke teman yang lebih paham, atau cari video tutorial di YouTube. Banyak yang menjelaskan langkah demi langkah dengan bahasa yang sederhana.

Kelima, pelajari cara mengunci aplikasi dan mengaktifkan fitur kontrol orang tua (parental control). Salah satu aplikasi yang bisa digunakan adalah Google Family Link. Dengan ini, kita bisa menentukan aplikasi apa saja yang boleh dipasang anak, membatasi waktu penggunaannya, dan bahkan bisa tahu lokasi HP anak secara langsung.

Di luar semua itu, hal terpenting tetap ada pada komunikasi dan kedekatan antara orang tua dan anak. Usahakan ada waktu seminggu sekali untuk meminta anak membuka isi HP-nya di depan orang tua. Bukan untuk menginterogasi, tapi untuk membangun kepercayaan dan keterbukaan. Jangan sekali-kali sebagai orang tua kemudian diam-diam membuka isi HP anak tanpa izin, pastikan komunikasi dan keterbukaan, hargai privasi anak. Buat juga aturan keluarga secara tertulis, misalnya:

  • Tidak boleh membawa HP ke kamar tidur,
  • Tidak boleh membuat akun media sosial tanpa izin,
  • Tidak boleh chatting dengan orang yang tidak dikenal.

Ajak mereka ngobrol santai setiap hari. Cukup tanyakan, “Hari ini nonton apa?”, “Game yang kamu mainkan seperti apa?”, atau “Ada teman baru dari mana?” Percakapan ringan seperti itu sangat berarti untuk membuka ruang komunikasi dan membangun pengawasan yang sehat.

Dan yang tidak kalah penting: jangan lupakan doa dan ajarkan nilai-nilai agama. Tanamkan rasa malu, rasa takut kepada Allah, dan rasa tanggung jawab. Anak yang kuat akidah dan akhlaknya, insyaAllah akan lebih mampu menjaga diri di tengah derasnya arus teknologi.

Terakhir, jangan pernah berkata, “Saya tidak tahu, saya gaptek.” Karena anak-anak akan terus tumbuh, belajar, dan menyerap dari internet—dengan atau tanpa bimbingan kita. Jika kita tidak ikut belajar, maka kita akan tertinggal dan kehilangan peran kita sebagai pelindung utama mereka. Ingat, kita tidak harus menjadi ahli, tapi kita wajib jadi orang tua yang peduli dan mau belajar.

Orang Tua Adalah Garda Terdepan

“Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.”

(HR. Bukhari dan Muslim) Anak-anak adalah amanah. HP bukan musuh, tapi alat yang harus diatur dan diawasi. Mari jadi orang tua yang tidak gaptek lagi. Demi keselamatan akhlak dan masa depan anak-anak kita.

0 Komentar

Beri Komentar

Balasan

Penulis : Akhsan Abdul Ghoni

Tulisan Lainnya

Oleh : mts.jamsaren

Satu Mushaf Impianku

Oleh : mts.jamsaren

Ramadan Bulan yang Mulia